Sabtu, 27 November 2010

cerpen

Hari ini jadi serba salah, ibuku marah lagi padaku karena aku bertengkar dengan adikku yang sangat menyebalkan itu. Kuterima saja ocehan ibu dengan ocehan pula didalam hatiku. Mengapa selalu aku yang disalahkan? Tanyaku dalam hati. Apa karena aku anak tengah, anak kedua dari tiga bersaudara yang nggk pernah akur. Seperti ada musuh dalam keluarga sendiri.
Hari ini aku berangkat sekolah dengan wajah berseri – seri . i must happy... single and very happy...! Walaupun dirumah lagi ada masalah, tapi nggk harus disekolah juga kan?, yup.... jawabku. Yang berlalu biarkanlah berlalu, semua akan indah pada waktunya. Aku berjalan denga penuh semangat.
Jarak sekolah dengan rumah tidak begitu jauh, sekitar 1 KM... he..he..he, aku lebih suka jalan. Soalnya hemat biaya dan menyehatkan pula. Walaupun mungkin jaman anak muda seusiaku pasti sudah nggk ada yang mau jalan kaki. Toh, sudah banyak angkot, becak, ojek, bahkan sudah banyak siswa SMA yang pakai kendaraan pribadi ke sekolah, anak SMP pun juga sudah mulai banyak. Bikin padat jalan aja!!! Mending jalan kaki atau naik sepeda kan lebih hemat dan menyehatkan.
Tiba-tiba dijalan aku mendengar suara . suara apa yah...? seperti suara hape yang lagi berdering, meminta untuk diangkat. kuteliti dan kudengarkan dengan baik. Mataku melirik kesana kemari mencari dimana arah suara itu. Ternyata suara itu berasal dari semak dipinggir jalan yang sedang kulewati. Hah..... HP???. Tebakanku tepat ternyata. Ada hape, yang mungkin harganya cukup mahal, keluaran tahun ini, layar sentuh.... hape Apele terbaru.! Siapa yang punya yah.? Aku menengok kikiri dan kekanan, nggak ada orang. Kuambil saja hape yang nggak tau siapa pemiliknya itu. Kemudian kuperiksa baik-baik alias ngotak-atik hape super canggih itu,kapan lagi aku bisa ngotak atik hape apele.Andai saja aku orang yang berduit,kepengen banget punya hape kayak yang kupegang saat ini, warna putih lagi...! warna favoritku. Ah... khayalanku mulai ngawur nih.!
Sepertinya hape ini milik laki-laki. Tepatnya orang dewasa, karena kulihat foto-foto didalamnya yang agak narsis..he he..he.. lucu juga. Hanya ada sedikit foto. Dan ada foto keluarga, terdiri dari seorang ayah dan ibu dan seorang pria dewasa. Maybe... anak tunggal, dan yang pastinya keluarga yang kaya raya. Yah... boleh jadi. Toh, hapenya saja merk ternama, gimana mobilnya... rumahnya...???, pasti lebih keren.
Dalam perjalanan menuju sekolah, aku memikirkan cara yang paling tepat untuk mengembalikan hape ini kepada pemiliknya. Bagaiman caranya!!! Apa aku harus menghubungi nomor dihape-nya satu persatu.. It’s Impossible.!Ada satu nama yang membuat aku yakin, pasti orang terdekatnya. Nama itu adalah CINTAKU. Mungkin pacar atau istrinya. Ah....!!! nggak usah dipikirin Lela....!
Sesampaiku di sekolah, aku masih saja memikirkan siapa pemilik hape yang saat ini kuamankan dalam tas ranselku. Jika kuberitahukan pada teman-teman sekelasku. Apakah salah satu dari mereka ada yang mengenal pemilik hape ini. Maksudku fotonya yang dijadikan wallpaper. Hah... aku semakin bingung, mana lagi ntar ada ulangan harian matematika. Yang pastinya membutuhkan pemikiran. Otakku sebentar lagi pasti akan blenkkkk..... nggk bisa mikir nih...
Jam pertama, aku mulai nggk konsentarasi mendengarkan Bu guru menjelaskan reaksi kimia didepan. Kurasa otakku yang sedang bereaksi. Bereaksi untuk memikirkan cara mengembalikan hape super mahal itu.
Akhirnya bel berbunyi. Segera kulangkahkan kakiku menuju pohon yang cukup besar disamping kelasku. Kupencet saja nomor yang berinisial C. Tut...tut...tut... belom ada yang mengangkatnya. Sekali lagi deh... tut..tut..tut... sekali lagi, mungkin kali ini sudah bisa tersambung. Tut..tut..tut..tut...! assalamualaykum....? akhirnya diangat juga. Waalaykumsalam... maaf mbak menggaggu, cuman mau nanya mbak, mbak tau siapa pemilik nomor yang sedang saya pakai . tanyaku dengan nada yang cukup cepat. Kemudian mbak itu menjawab. Bukannya ini nomor mas Danang, iya mas Danang nya mana, kok manu yang angkat.? Tukas mbak yang kuitelpon,dengan nada yang terkejut. Dan akhiranya kujelaskan musibah apa yang sedang menimpaku. Akhirnya dia mengerti dan mau memberikan alamat lengkap si pemilik hape ini. Iya , namanya adalah Danang Anwar. Namanya sama dengan Danang Ambar Prabowo alumni IPB (institute pertanian Bogor) yang bisa meraih mimpi-mimpinya yang luar biasa. Cuman beda nama belakang saja. Sama-sama bernama Danang, yang satunya pasti sudah kenal, siapa sih ynag nggk kenal si pembuat jejak-jejak mimpi itu. Nah!!! Danang Anwar nih yang nggk kenal sama sekali, dan merepotkanku seharian ini.
Pulang sekolah nanti aku harus kerumahnya. Akhirnya aku bisa sedikit bernapas lega. Sepertinya Nuri memperhatikan tingkahku semenjak aku tiba di sekolah. Tapi dia nggak pernah bertanya tuh.!Jadi dia nggak perlu tau. Bukan masalah besar juga kok...!
Akhirnya bel petanda bahwa siswa harus pulang kerumah masing-masing berbunyi juga. Begini nih, kalau waktunya pulang semua pasti pada senang. Termasuk aku, duduk dibangku kelas tiga SMA sama aja anak ES-DE atau mungkin anak TE-KA.
Saatnya menuju alamat yang sudah aku tulis pada secarik kertas tadi. Bumi Permai Blok M. No 17. Jaraknya cukup dekat, sekilo lebih lah yang harus kutempuh.Akhirnya ketemu juga alamatnya.wah... rumahnya besar juga, dugaanku sudah tepat, pasti orang kaya.! Masuk aja ah. Mumpung pagarnya lagi terbuka dengan lebarnya. Kemudian kupencet bel yang tak jauh dari pintu.
Tiba-tiba keluarlah seorang perempuan parubaya,mungkin bibinya alias mbok nya gthu loh.!! Assalamu’alaykum, Bu.... bapak Danang ada yah? Tanyaku dengan nada yang lembut. Waalaykumsalam,... maaf neng, nak Danang baru saja keluar. Jawabnnya singkat tapi padat ditelingaku... What???. Yah udah... saya mau nitip hapenya mas Danang sama ibu saja. Kok bisa hapenya nak Danang ada sama eneng.? Dan kujelaskan pula pada ibu ini musibah apa yang telah menimpaku pagi tadi. Akhirnya mengerti juga.
Tiba-tiba sebuah mobil sedan masuk kehalaman rumah. Dan keluarlah seorang pria cukup rupawan dan berkarisma dari mobil tersebut. Tak salah lagi, pasti dia sang pemilik hape yang sedang kugenggam ditanganku. Ternyata eh ternyata orangnya cakep juga euy, dibandingkan foto-foto di hape nya yang terlihat tua dari yang kusaksikan saat ini.
Bibi tolong ambilkan berkasku yang ketinggalan diruang kerja. Perintah pria itu. Dan sama sekali tidak memperdulikan kedatanganku, dan mungkin juga tak memperdulikan hape yang sedang kupegang.
Maaf, ini hape bapak yah.? Tanyaku dengan gamblang sambil tersenyum tipis. Oh, iya ! dapat dimana dek, hape itu hilang sewaktu saya olahraga pagi tadi. Kuserahkan saja hape itu langsung kepada pemiliknya yang berdiri tepat dihadapanku. Dia hanya mengucapkan terima kasih karena telah menemukan dan mengembalikan hape miliknyanya. Yah sudahlah... memang itu kan yang harus dia ucapkan. Aku permisi pulang dulu yah pak.! Ah.. jangan panggil saya bapak. Katanya sembari tersenyum. Wah... ternyata dia bisa tersenyum juga, tadinya saya kira dia orangnya sangat dingin. Tinggal dimana dik,? nanti saya antar, kebetulan saya mau keluar lagi. Nggak usah pak.. eh, kak. Saya bisa jalan kaki, lagipula rumahku tak jauh dari sini. Makasih....! jawabku.
Segera kulangkahkan kakiku menuju pintu gerbang. Tunggu dek,,, namanya siapa.? Nurlaila. Jawabku singkat. Kok, aku jadi nervous gini sih...! apa aku telah terpana olehnya.??? Istigfarr.... Lela,belum saatnya mikirin jodoh. Sekolah dulu, ntar lagi kan UAN, guawat!!jatuh cinta.? tidak mungkin.!!! Pulang ah, perutku sudah keroncongan nih,kayak lagu keroncong. Cacing-cacing diperutku mulai menari-nari minta asupan gizi . Hhuuhh....Gara-gara mikirin siapa pemilik hape itu jadi lupa jajan di kantin mie ayam mbok Ijah, langgananku saat di sekolah. Hari ini bertambah lagi deh pengalamanku.... pengalaman burukkk, mudah-mudahan nggak jadi minpi buruk!!!

PUISI

Sajakku, puisiku, untukmu… negeriku
By ; Arini Arief
Kutuliskan puisi untukmu...
kata demi kata...
baris demi baris...
terukirlah deretan kalimat pendek...
yang mungkin tak cukup indah...
tak seindah puisi yg pernah kau temui.
sebenarnya jari-jari sudah letih menari-nari diatas kertas,
kertas yg tadinya putih ,kini penuh coretan tinta merah...
membakar semangat didadaku
aku tak akan bosan menulis puisi
tak akan pernah letih
hanya untukkmu...
puisiku akan membukitkan...bahwa kupeduli dan
cinta kepadamu,
wahai negeriku! !
aku ingin berkarya untukmu.,
aku ingin menulis tentangmu...
berdongeng dan bersajak untukmu
agar dunia tahu...
aku berpuisi, bersajak , menulis untukmu...wahai negeriku..
walaupun,aku tak semahir Chaeril Anwar
walaupun,tangan ini tak
selincah tangan Zawawi Imron...
tak pandai berkata-kata seperti WS Rendra..
dan membuat syair , membuat lagu
untukmu...
puisiku, sajakku...adalah tandaku
tanda bahwa aku ada
untukmu wahai negeriku...

my story


       Angin sepoi- sepoi menyentuh tubuhku, diluar sana terlihat penuh dengan cahaya mentari, teriknya membuatku malas keluar kamar.  Hari ini terasa begitu sepi, lain dari hari biasanya. Aku merasa sebatang kara dan terkucilkan dari kehidupan. Hidup jauh dari keluarga membuatku banyak belajar, mulai dari belajar masak, belajar nyuci, belajar mandiri lah…. Uhh… rasanya beda dari kehidupanku sebelumnya, dimana semuanya tak harus kulakukan seorang diri, selalu ada ibu yang menyiapkan makanan untukku, mencucikan pakaian kotorku dan menemaniku tidur tatkala aku merasa takut.
       Oh… beginilah hidup seorang mahasiwa sepertiku, aku yang cerewet, manja, usil dan agak tomboy. Kini aku benar-benar harus beradaptasi dengan lingkunganku, attitude ku pun sedikit demi sedikit berubah, yah tentunya berubah menjadi lebih baik dan dewasa dong, toh sekarang usiaku menginjak angka -19, yang artinya aku bukan ABG lagi, kebiasaan buruk ahrus segera disingkirkan.
       Genap sudah aku setahun berpisah jauh dari kedua orang tuaku di desa, sekarang aku tinggal di sebuah rumah pondokan putri. Disini ada Ibu kos, Bapak kos beserta anak-anaknya. Jadi, adalah teman untuk diajak bercerita di pondokan ini, sedangkan anak kos lainnya aku kurang akrab dengan mereka, soalnya mereka lebih senior dari pada aku, yah githu deh…
       Sedangkan teman- teman dikampus, hanya bias diajal berteman saat dikampus saja, ada sih yang begitu akrab, sekitar empat orang, saya anggap mereka sebagai saudara seperjuangan, saudara yang akan memberikan motivasi agar saya lebih rajin kuliahnya, jujur saja saya merasa hambar kuliah tanpa mereka, kuliah jadi asing bagi saya. Pokoknya saya butuh teman dimanapun dan kapanpun. Kira-kira mereka sadar nggak yah?, I love my Friends…. Sayang itu hanya berlaku dilingkungan kampus saja. Tapi, tak apalah, yang penting saya punya saudara disini.
       Kemarin, ada seorang nenek yang mengajakku untuk tinggal bersamanya, soalnya nenek yang tak lagi muda itu, katanya merasa kesepian tinggal sendiri dirumah tuanya, sedangkan kelima anaknya sudah pergi, alias ada yang menikah, sekolah, merantau… yang jelasnya anak-anaknya telah mendiri dan hidup terpisah jauh dengannya, sedangkan suaminya telah berpulang ke RahmatuLLah. Sepertinya ada yang lebih sedih dari pada aku nih, kasian juga mendengar kisah nenek ini. Jadi, terharu dan membuatku menangis dalam hati.
      Sebenarnya aku ingin menemaninya, tapi bagaimana dengan Ibu kos, yang sudah menganggap aku sebagai bagian dari keluarganya?, ah… aku jadi serba salah ini, dihadapkan dengan dua pilihan rasanya sulit juga.